09.05.2025
Waktu membaca: 2 menit

Xabi Alonso Resmi Tinggalkan Leverkusen: Madrid Menang, Tapi Sepak Bola Kehilangan Arsitek Besar

Lorina Sofi
Lorina Sofi
Xabi Alonso Resmi Tinggalkan Leverkusen: Madrid Menang, Tapi Sepak Bola Kehilangan Arsitek Besar

Xabi Alonso mengonfirmasi bahwa dirinya akan meninggalkan Bayer Leverkusen di akhir musim 2024/25. Dalam konferensi pers, ia menyatakan bahwa keputusan ini sudah didiskusikan matang dengan manajemen klub. Meski belum resmi diumumkan, ia santer disebut akan menjadi pelatih Real Madrid menggantikan Carlo Ancelotti.

Namun artikel ini bukan tentang Madrid. Ini tentang bagaimana sepak bola modern tak memberi ruang bagi visi jangka panjang untuk berkembang secara utuh.

Leverkusen Adalah Eksperimen yang Nyaris Sempurna

Ketika Alonso datang pada 2022, Leverkusen tengah terpuruk di dasar klasemen. Tapi hanya dalam waktu singkat, ia mengubah tim tersebut menjadi kekuatan yang menakutkan—bukan hanya menang, tapi dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Musim 2024/25, Leverkusen memimpin Bundesliga tanpa terkalahkan dan lolos ke final Liga Europa serta final DFB-Pokal.

Bukan sekadar prestasi. Ini proyek intelektual dalam sepak bola.

Real Madrid: Mimpi Pribadi, Dilema Publik

Tentu, Real Madrid adalah mimpi bagi semua pelatih. Tapi ada konsekuensi sosial dalam setiap keputusan besar. Ketika pelatih revolusioner seperti Alonso pergi ke klub besar, ia tak hanya “naik kelas”—ia juga harus kompromi dengan ekspektasi jangka pendek, tekanan instan, dan budaya yang menuntut kemenangan lebih dari pembangunan.

Di Leverkusen, Alonso bebas bereksperimen. Di Madrid, dia harus menang. Selalu.

Siapa yang Sebenarnya Rugi?

Leverkusen jelas akan kehilangan momentum. Tapi lebih besar dari itu, dunia sepak bola kehilangan kesempatan menyaksikan revolusi yang tumbuh organik. Alonso adalah pelatih yang berani berpikir berbeda. Namun sepak bola hari ini—terutama media dan elite klub—jarang memberi ruang pada yang berbeda.