17.07.2025
Waktu membaca: 3 min

Toyota Kecam Aturan BoP WEC: Sebut Musim Hypercar 2025 “Artifisial dan Membosankan”

Toyota Kecam Aturan BoP WEC: Sebut Musim Hypercar 2025 “Artifisial dan Membosankan”

Toyota Gazoo Racing melontarkan kritik pedas terhadap sistem Balance of Performance (BoP) yang diterapkan di ajang FIA World Endurance Championship (WEC), dengan menyebut musim Hypercar 2025 sebagai “artifisial” dan “membosankan.” Toyota pun mendesak adanya reformasi segera demi menjaga integritas olahraga balap ketahanan.

David Floury, Direktur Teknis Toyota yang telah lama menjabat, menyampaikan pernyataan ini setelah hasil buruk timnya di ajang 6 Hours of São Paulo, di mana kedua mobil GR010 HYBRID gagal finis di posisi sepuluh besar dan tertinggal tiga lap dari para pemimpin lomba.

Suara Penggemar: “Bukan Ini yang Kami Harapkan dari Balapan”

Meskipun Floury tidak menyebut sistem BoP secara langsung—kemungkinan karena aturan yang melarang kritik terbuka—ia tidak menyembunyikan rasa frustrasinya terhadap cara pengaturan performa antar pabrikan saat ini.

“Musim ini benar-benar menyedihkan. Kami telah kehilangan esensi sejati dari balapan,” ujar Floury.

“Semuanya terasa terlalu artifisial. Prosesnya keliru.”

Ia mengkritik prediktabilitas hasil lomba yang kini ditentukan oleh sistem BoP. Cadillac, yang menerima peningkatan performa menjelang São Paulo, mendominasi lomba dengan finis 1-2 dan berhasil menge-lap semua peserta hingga posisi keempat. Sementara itu, mobil pabrikan Toyota finis di posisi ke-14 dan ke-15, bahkan kalah dari beberapa tim pelanggan.

“Ketika kami menerima tabel BoP sebelum akhir pekan, kami sudah tahu hasilnya akan seperti apa,” tambahnya.

“Seharusnya tidak seperti itu.”

“Bukan Soal Mengejar Ketertinggalan, Tapi Bagaimana Caranya”

Sebagai mantan kekuatan dominan di era Hypercar WEC, Toyota kini gagal naik podium dalam lima balapan berturut-turut musim ini. Penurunan performa tersebut terjadi di tengah perubahan sistem BoP yang terus-menerus—berubah dari rata-rata tiga balapan, menjadi sistem dua terbaik dari tiga, hingga kini berdasarkan dua balapan terakhir saja.

Meskipun tampil kurang kompetitif di Imola dan Spa, Toyota datang ke São Paulo dengan bobot mobil terberat di grid, setara dengan Ferrari. Floury mengungkapkan bahwa GR010 mereka 29 kg lebih berat dari Cadillac dan mengalami defisit tenaga sebesar 31 kW (sekitar 41,6 hp) di bawah kecepatan 250 km/jam—sebuah selisih besar dalam konteks balap.

“Kami menerima perlunya penyetaraan kompetisi—itu adil,” ujar Floury.

“Tapi cara pelaksanaannya salah. Alih-alih memperkecil jarak, ini malah menciptakan jarak baru.”

Lebih dari Sekadar Permukaan: Perdebatan yang Makin Menguat

Kekhawatiran Floury mencerminkan keresahan yang lebih luas di paddock WEC, di mana para kritikus menilai sistem BoP kini terlalu banyak mengintervensi demi kesetaraan, hingga mengorbankan kualitas balapan. Lomba-lomba menjadi monoton, dan para pembalap kesulitan menyalip karena performa yang terlalu dikontrol.

“Saya tidak tahu lagi apakah suatu tim menang karena layak, atau karena sistem yang memungkinkannya,” kata Floury.

“Itu masalah—bukan hanya untuk Toyota, tapi juga bagi para penggemar.”

Bahkan Spa-Francorchamps, sirkuit yang biasanya menyajikan balapan dramatis, dinilai mengecewakan oleh Floury—meskipun masih lebih baik dibanding sebagian besar seri lainnya.

Perubahan Mendesak Tak Bisa Ditunda Lagi

Meski tidak secara gamblang mengusulkan model BoP baru, Floury mengisyaratkan bahwa diskusi internal sudah berlangsung, dengan Toyota aktif mendorong reformasi bersama pabrikan lain.

“Kita harus segera menemukan solusi,” tegasnya.

“Kalau tidak, saya yakin akan ada konsekuensi serius.”

Saat WEC memasuki paruh kedua musim 2025, komentar Floury menandai titik balik dalam perdebatan tentang masa depan BoP. Dengan meningkatnya ketidakpuasan di kalangan tim papan atas, tekanan pun mengarah ke FIA dan ACO untuk meninjau ulang sistem yang ada—atau menghadapi risiko kehilangan jiwa dari balap ketahanan itu sendiri.

-->