25.08.2025
Waktu membaca: 2 min

Pro-Kontra Taktik Defensif Ruben Amorim Usai MU Ditahan Fulham

Lorina Sofi
Lorina Sofi
Ruben Amorim saat mendampingi Manchester United di Premier League

Manchester United gagal meraih kemenangan setelah ditahan imbang Fulham 1–1 di Craven Cottage, Minggu (24/8/2025). Setan Merah sempat unggul lebih dulu lewat gol bunuh diri Rodrigo Muniz, namun keunggulan itu lenyap setelah Emile Smith Rowe mencetak gol penyeimbang cepat di babak kedua.

Sorotan utama tertuju pada keputusan manajer Ruben Amorim yang memilih strategi defensif usai timnya unggul. Ia memasukkan empat pemain bertahan, langkah yang kemudian menuai banyak kritik dari pundit dan fans.

Bagi Amorim, langkah itu bukan tanpa alasan. Dengan jadwal kompetisi yang padat, ia menilai rotasi dan manajemen fisik pemain sangat penting. Menurutnya, memperkuat lini belakang adalah cara paling aman untuk mengamankan tiga poin.

Selain itu, Fulham dikenal berbahaya lewat transisi cepat. Menambah pemain bertahan dipandang sebagai langkah antisipatif untuk meredam ancaman dari pemain-pemain seperti Alex Iwobi dan Smith Rowe.

Kritik dari Media dan Legenda

Meski punya logika, taktik Ruben Amorim tetap menuai kritik tajam. The Guardian menulis bahwa United kehilangan momentum setelah mundur terlalu dini. Alih-alih menambah gol kedua, mereka justru memberi Fulham kesempatan menguasai permainan.

Mantan kapten MU, Gary Neville, juga menyebut pergantian tersebut sebagai langkah “aneh”. Menurutnya, United sedang dalam posisi dominan dan harusnya tetap menekan.

“Dengan kualitas yang mereka miliki, seharusnya United bisa mencari gol tambahan, bukan mundur ke belakang,” ujarnya.

Bagi sebagian fans, gaya main itu juga terasa bertolak belakang dengan DNA klub. Filosofi klasik “attack, attack, attack” tidak terlihat, padahal suporter jelas ingin tim tampil agresif.

Risiko Jika Bertahan Terus

Pertanyaannya kini, apakah Ruben Amorim akan terus memegang pendekatan defensif di laga-laga berikutnya? Jika iya, ada beberapa risiko yang harus dihadapi:

  • Serangan kurang tajam: penyerang seperti Matheus Cunha dan Benjamin Šeško bisa kesulitan mendapat peluang.
  • Tekanan fans semakin besar: basis pendukung MU sudah lama terbiasa dengan sepak bola menyerang.
  • Kepercayaan lawan meningkat: seperti Fulham, tim lawan bisa lebih berani menekan jika United mundur terlalu cepat.

Strategi defensif Ruben Amorim jelas memunculkan pro-kontra. Dari satu sisi, langkah itu bisa dipahami sebagai bentuk pragmatisme untuk mengamankan hasil. Namun dari sisi lain, pendekatan tersebut membuat United kehilangan momentum, bertentangan dengan identitas klub, dan pada akhirnya gagal memberi kemenangan.

Ke depan, Ruben Amorim dituntut menemukan keseimbangan. Manchester United butuh manajer yang mampu menjaga stabilitas pertahanan, tapi tetap mempertahankan karakter menyerang yang menjadi ciri khas klub.