19.08.2025
Waktu membaca: 4 min

Bagaimana Pelajaran Gelar Junior Oscar Piastri Menguatkan Perjuangannya di Kejuaraan F1 2025

Oscar Piastri

Oscar Piastri mengakui bahwa mengejar gelar juara dunia Formula 1 2025 terasa mirip dengan perjuangannya saat meniti karier di level junior—meski ada satu perbedaan besar: kini lawan terdekatnya adalah rekan setimnya sendiri di McLaren, Lando Norris.

Kebangkitan cepat pebalap Australia ini dibangun lewat tiga gelar beruntun: Formula Renault Eurocup 2019, FIA Formula 3 2020, dan FIA Formula 2 2021, sebelum ia menghabiskan musim 2022 sebagai pebalap cadangan Alpine. Menurut Oscar Piastri, kemenangan-kemenangan itu memberinya ketenangan untuk menghadapi pertarungan penuh tekanan. Namun, berbeda dengan level junior—di mana pebalap berjuang untuk dirinya sendiri—Formula 1 menuntut dinamika lebih rumit: pertarungan di dalam tim dan tanggung jawab besar terhadap kampanye konstruktor (Motorsport.com).

Fondasi: gelar junior yang membentuk pesaing sejati

Di F3, Oscar Piastri menunjukkan konsistensi luar biasa, rutin meraih poin hampir setiap akhir pekan dan memanfaatkan peluang saat rival melakukan kesalahan. Setahun kemudian di F2, ia semakin tajam secara strategi—menguasai manajemen ban, strategi pit stop, dan kemampuan beradaptasi di balapan yang lebih panjang.

Dua gelar beruntun itu menegaskan reputasinya sebagai salah satu pebalap muda paling komplet di generasinya (Wikipedia, McLaren). Prestasi ini tidak hanya memperindah CV, tetapi juga membentuk gaya balap yang tenang dan metodis—gaya yang kini terbukti krusial dalam perebutan gelar dunia perdananya.

Menerjemahkan pelajaran junior ke Formula 1

Lonjakan ke Formula 1 menuntut lebih dari sekadar kecepatan. Kemampuan Oscar Piastri memadukan fokus dan adaptasi telah mendefinisikan kampanyenya di 2025.

“F3 adalah tentang usaha maksimal di setiap lap, sementara F2 mengajarkan saya untuk berpikir jauh ke depan… Kini di Formula 1, ini tentang menggabungkan keduanya—tetap cepat tetapi juga cukup cerdas untuk memenangkan pertarungan panjang,” kata Piastri kepada Motorsport.com.

Ketenangan di bawah tekanan itulah yang membuatnya mampu memaksimalkan hasil, bahkan di balapan ketika mobilnya tak selalu yang tercepat—bukti kedewasaan taktisnya di usia muda.

Pertarungan gelar internal McLaren

Kebangkitan McLaren memunculkan salah satu duel paling menarik musim ini: dua rekan setim saling berebut gelar dunia. Norris, yang lama dianggap sebagai andalan McLaren, kini menghadapi pertarungan sengit dengan Piastri.

Hingga akhir Mei, Piastri memimpin klasemen dengan 284 poin, hanya sembilan angka di depan Norris, sementara Max Verstappen tertinggal cukup jauh di posisi ketiga (News.com.au).

Rivalitas ini tetap penuh rasa hormat, tetapi intens. Kontras gaya balap keduanya—agresivitas Norris melawan ketenangan Piastri—menambah lapisan drama dalam upaya McLaren meraih kejayaan.

Ketenangan Oscar Piastri di bawah tekanan

Bahkan juara dunia berpengalaman pun mengakui ketangguhan mental Piastri. Lewis Hamilton baru-baru ini memuji pebalap muda Australia itu dengan mengatakan:

“Piastri melakukan semua hal yang perlu untuk memenangkan kejuaraan dunia… tekanan pada mereka berdua akan tak terbayangkan.” (Reuters)

Menjelang Grand Prix Monako, Hamilton kembali menegaskan bahwa tekanan yang dialami Piastri “tak terbayangkan”, tetapi justru kemampuan menghadapinya yang membuatnya menonjol (The Australian).

Ketenangan itu bukan kebetulan. Di level junior, gelar sering ditentukan oleh selisih tipis dan keputusan sepersekian detik. Situasi seperti itu telah membentuknya menghadapi sorotan tajam perebutan gelar dunia F1.

Maknanya bagi McLaren dan Formula 1

Bagi McLaren, kesuksesan Piastri adalah bukti bahwa investasi pada talenta muda berbuah manis. Setelah lama berkutat di papan tengah, kini tim asal Woking itu memiliki dua pebalap yang mampu menang setiap akhir pekan—memberi peluang nyata untuk meraih gelar pebalap dan konstruktor (SB Nation).

Bagi Formula 1, kebangkitan Piastri menandai pergeseran generasi. Di usia 24 tahun, ia mewakili gelombang baru juara yang siap menantang nama-nama besar seperti Verstappen dan Hamilton—dan berpotensi mengalahkan mereka.

Kebijaksanaan junior yang mendorong mimpi juara

Dua gelar beruntun Oscar Piastri di F3 dan F2 bukan sekadar batu loncatan, melainkan tempat ia ditempa untuk ujian terbesar. Perpaduan konsistensi, adaptabilitas, dan ketenangan yang ia bangun sejak level junior kini mendorongnya melewati salah satu perebutan gelar paling sengit di 2025.

Saat dua pebalap McLaren saling memacu hingga batas, faktor penentu mungkin bukan lagi soal kecepatan murni, melainkan siapa yang paling mampu mengendalikan tekanan. Dalam hal itu, kebijaksanaan junior Oscar Piastri tampak menjadi senjata utamanya—dan bisa jadi kunci untuk meraih mahkota Formula 1 pertamanya.