01.09.2025
Waktu membaca: 5 min

Kepala Kru Marquez Bantah Ducati Pilih Kasih Bagnaia

Dian Pane
Dian Pane
Kepala Kru Marquez Bantah Ducati Pilih Kasih Bagnaia

Dunia MotoGP 2025 kembali diwarnai isu panas terkait dominasi Ducati di musim ini. Seiring performa impresif Marc Marquez yang berhasil menyaingi bahkan melampaui rekan setimnya, Francesco Bagnaia, muncul tudingan bahwa Ducati memberikan perlakuan khusus terhadap pembalap asal Spanyol tersebut. Beberapa pengamat dan fans menilai adanya indikasi pilih kasih yang membuat dinamika internal tim menjadi sorotan publik.

Isu ini mencuat karena Marc Marquez, yang baru bergabung dengan Ducati Lenovo Team pada musim ini, langsung mampu beradaptasi dengan cepat dan menghasilkan catatan performa gemilang. Sementara itu, Bagnaia, sang juara dunia bertahan, dinilai mulai tertekan dengan performa konsisten Marquez di lintasan.

Pernyataan Kepala Kru Marc Marquez

Menanggapi kabar tersebut, Marco Rigamonti selaku kepala kru Marc Marquez angkat bicara. Ia dengan tegas membantah tuduhan bahwa Ducati memberikan perlakuan istimewa terhadap anak didiknya dibandingkan Francesco Bagnaia. Menurutnya, semua pembalap di dalam tim memiliki akses yang sama terhadap data, teknologi, maupun dukungan teknis dari pabrikan.

“Tidak ada istilah pilih kasih. Semua data dibuka, semua pembalap Ducati mendapatkan dukungan yang setara. Perbedaan performa di lintasan adalah murni hasil kerja keras dan kemampuan masing-masing pembalap,” ujar Rigamonti (Okezone, 31 Agustus).

Ia menegaskan bahwa keberhasilan Marc Marquez dalam beberapa seri terakhir bukanlah hasil dari campur tangan Ducati untuk memberikan keuntungan tertentu, melainkan kemampuan juara dunia delapan kali itu dalam memahami motor serta beradaptasi dengan strategi balapan.

Penjelasan Mengenai Data dan Teknologi

Marc Marquez saat bersama kepala teknik barunya, Marco Rigamonti

Salah satu poin yang sering disorot publik adalah dugaan bahwa Marc Marquez mendapat motor dengan spesifikasi lebih unggul atau akses data lebih cepat dibanding Francesco Bagnaia. Namun Rigamonti menolak mentah-mentah tudingan tersebut.

Menurutnya, Ducati memiliki sistem berbagi data yang terbuka antara semua pembalap. Baik Marquez maupun Bagnaia, serta pembalap lain dalam tim satelit Ducati, dapat mempelajari telemetri dan catatan teknis satu sama lain. Hal ini justru menjadi keunggulan Ducati dibanding pabrikan lain, karena semua orang di dalam tim bisa saling belajar dan memperbaiki kelemahan.

“Marc tidak mendapatkan motor spesial. Dia menggunakan paket yang sama dengan Bagnaia. Bedanya, cara berkendara Marc mampu memaksimalkan potensi motor dalam berbagai kondisi,” tambah Rigamonti (iNews.id, 31 Agustus).

Hubungan dengan Francesco Bagnaia

Selain membahas isu pilih kasih, Rigamonti juga menyinggung hubungan Marc Marquez dengan Francesco Bagnaia. Ia memastikan bahwa meski di lintasan keduanya bersaing ketat, di luar balapan mereka tetap menjaga komunikasi baik. Menurutnya, rivalitas yang terjadi hanyalah bagian dari kompetisi normal dalam dunia balap motor.

“Tidak ada masalah personal antara Marc dan Pecco (sapaan Bagnaia). Di paddock, mereka tetap bisa berbicara, berdiskusi, bahkan bercanda. Rivalitas hanya ada di trek, di luar itu hubungan tetap profesional dan sehat,” kata Rigamonti (RCTI Plus, 31 Agustus).

Dengan penegasan ini, ia berharap publik tidak membesar-besarkan isu yang sebenarnya tidak beralasan. Baginya, rivalitas justru bisa meningkatkan kualitas tim karena masing-masing pembalap berusaha tampil lebih baik.

Dampak Isu terhadap Tim Ducati

Meski bantahan sudah disampaikan, isu pilih kasih sempat membuat suasana paddock Ducati menjadi pusat perhatian media. Sejumlah pengamat menilai bahwa jika tidak dikelola dengan baik, rumor semacam ini bisa menimbulkan gesekan internal dan memengaruhi konsentrasi pembalap.

Namun sejauh ini, baik Marc Marquez maupun Francesco Bagnaia sama-sama menunjukkan profesionalisme tinggi. Mereka berfokus pada balapan dan berusaha menjaga performa di lintasan, meskipun tekanan dari publik semakin besar.

Rigamonti pun menegaskan bahwa seluruh anggota tim tetap solid. Tidak ada indikasi perpecahan atau ketegangan internal yang signifikan. Menurutnya, kerja sama teknis berjalan normal, dan komunikasi antara kru serta pembalap tetap terjalin dengan baik.

Pembalap Ducati Lenovo Team MotoGP, Pecco Bagnaia dan Marc Marquez, berdiri di samping motor balap Ducati Desmosedici GP

Marquez dan Adaptasi Cepatnya

Salah satu alasan mengapa isu pilih kasih mencuat adalah karena publik melihat betapa cepatnya Marc Marquez mampu beradaptasi dengan Desmosedici GP25. Padahal, banyak pembalap lain yang membutuhkan waktu lama untuk memahami karakteristik motor Ducati.

Sebagai pembalap dengan pengalaman panjang dan gaya agresif, Marquez mampu mengendalikan motor dengan cara yang unik. Ia tidak hanya mengandalkan data teknis, tetapi juga intuisi balap yang telah terasah selama bertahun-tahun. Hal inilah yang membuatnya terlihat lebih unggul di beberapa seri dibanding Bagnaia.

Dengan prestasi tersebut, sebagian pihak beranggapan ada faktor non-teknis yang mendukungnya. Namun klarifikasi dari Rigamonti menegaskan bahwa semua keberhasilan Marquez murni hasil kerja keras pribadi, bukan karena Ducati memberikan keistimewaan.

Bagnaia dalam Tekanan

Di sisi lain, Francesco Bagnaia memang tidak bisa dipungkiri sedang menghadapi tekanan berat. Sebagai juara dunia bertahan, ia dituntut untuk terus menjaga dominasinya. Namun kehadiran Marc Marquez yang langsung kompetitif membuat situasi Bagnaia semakin menantang.

Meski begitu, Bagnaia tetap dikenal sebagai pembalap yang tenang dan konsisten. Banyak pengamat menilai bahwa rivalitas internal dengan Marquez justru bisa menjadi pemacu semangat bagi Bagnaia untuk meningkatkan performanya.

Bagi Ducati, memiliki dua pembalap kelas dunia seperti Bagnaia dan Marquez adalah keuntungan besar. Persaingan keduanya diyakini bisa mendorong perkembangan motor dan strategi balap yang lebih baik.

Pandangan Publik dan Media

Respon publik terhadap isu ini cukup beragam. Sebagian penggemar mendukung Marc Marquez dan melihatnya sebagai pembalap yang pantas mendapatkan hasil gemilang berkat kerja keras. Namun ada juga yang menilai Ducati seharusnya lebih menjaga keseimbangan agar tidak memicu konflik internal.

Media pun ramai membicarakan rivalitas ini, karena duel antara Marquez dan Bagnaia diprediksi akan menjadi salah satu narasi utama MotoGP 2025. Pemberitaan tentang dugaan pilih kasih hanyalah bagian dari drama yang kerap muncul di dunia olahraga.

Pembalap Ducati Lenovo Team, Pecco Bagnaia dan Marc Marquez

Dari klarifikasi Marco Rigamonti, jelas bahwa Ducati tidak melakukan praktik pilih kasih antara Marc Marquez dan Francesco Bagnaia. Performa impresif Marquez murni hasil kemampuan individu, sementara Bagnaia tetap menjadi pilar penting dalam proyek besar Ducati di MotoGP.

Rivalitas antara keduanya justru akan menambah daya tarik kompetisi dan meningkatkan kualitas tim secara keseluruhan. Rigamonti menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa di balik persaingan ketat, hubungan personal tetap baik dan suasana tim Ducati tetap solid.