16.08.2025
Waktu membaca: 4 min

Liverpool Bangkit dari Duka, Menang Emosional 4–2 atas Bournemouth di Laga Pembuka

Three Liverpool players in red kits celebrate a goal during a Premier League match. One player jumps into the air with arms raised in joy, while two teammates smile and run towards him. A packed stadium crowd in the background cheers loudly.

Liverpool memulai upaya mempertahankan gelar Premier League mereka dengan laga pembuka yang penuh kekuatan dan emosi, meraih kemenangan dramatis 4–2 atas Bournemouth di Anfield pada 15 Agustus 2025. Apa yang seharusnya menjadi laga pembuka biasa berubah menjadi momen penuh makna ketika klub dan para pendukungnya bersatu memberikan penghormatan kepada mendiang Diogo Jota dan saudaranya, André Silva, yang tragis meninggal awal musim panas ini.

Sebelum kick-off, Anfield menampilkan mosaik bertuliskan “DJ20” dan “AS30.” Kedua tim serta manajer berdiri berpegangan bahu di lingkar tengah untuk mengheningkan cipta, yang kemudian dilanjutkan dengan lantunan penuh haru dari You’ll Never Walk Alone. Para pemain juga mengenakan ban lengan hitam sebagai bentuk penghormatan (ESPN).

Duka jadi bahan bakar kemenangan

Mohamed Salah menitikkan air mata sambil bertepuk tangan untuk fans Liverpool usai kemenangan dramatis 4–2 atas Bournemouth.

Apa yang terjadi di Anfield lebih dari sekadar laga pembuka musim. Penghormatan emosional sebelum kick-off seakan mengangkat semangat Liverpool, menajamkan fokus mereka dan membuat setiap duel serta lari terasa lebih intens. Dengan dukungan penuh dari The Kop, tim bermain dengan tujuan yang melampaui sekadar poin atau klasemen — sebuah tekad untuk menghormati memori Jota lewat penampilan di lapangan.

Drama besar di atas lapangan

Penyerang Liverpool, Hugo Ekitiké, memberi penghormatan kepada Diogo Jota usai mencetak gol pembuka di babak pertama.

Liverpool memulai laga dengan kuat. Hugo Ekitiké membuka keunggulan lebih dulu, lalu Cody Gakpo cepat menambah gol kedua, membuat Anfield bergemuruh. Namun, Antoine Semenyo dari Bournemouth mengejutkan tuan rumah dengan dua gol yang menyamakan kedudukan menjadi 2–2, sempat membungkam The Kop (The Guardian).

Intensitas pertandingan meningkat ketika laga dihentikan akibat dugaan pelecehan rasial yang ditujukan kepada Semenyo, hingga memicu keterlibatan pihak kepolisian. Insiden tersebut menorehkan bayangan kelam di tengah suasana yang sebelumnya penuh energi.

Saat Liverpool tampak rapuh, Federico Chiesa melepaskan tendangan voli spektakuler pada menit ke-88 untuk mengembalikan keunggulan. Tak lama kemudian, Mohamed Salah memastikan kemenangan dengan penyelesaian khasnya yang tenang — gol pembuka musim ke-10 sepanjang kariernya di Premier League, sekaligus mencatatkan rekor liga. Selebrasi Salah yang berlinang air mata, menunjuk ke langit sementara Anfield bernyanyi bersama, menjadi potret sempurna dari makna emosional malam itu (TalkSport).

Pemain terbaik: Mohamed Salah dan Federico Chiesa

Mohamed Salah (kanan) dan Federico Chiesa dari Liverpool merayakan gol di masa injury time yang memastikan kemenangan.

Di malam yang penuh emosi, Mohamed Salah dan Federico Chiesa menjadi penentu kemenangan. Salah tidak hanya mencetak rekor Premier League dengan gol pembuka musim ke-10 sepanjang kariernya, tetapi juga menirukan selebrasi “Baby Shark” milik Jota sebelum akhirnya menangis di depan The Kop. Di belakangnya, sebuah spanduk menyambut keluarga Jota:

“Rute, Dinis, Duarte, Matilda – Anfield akan selalu menjadi rumahmu. You’ll Never Walk Alone” — menegaskan ikatan mendalam antara klub dan komunitas (The Guardian).

Sementara itu, Chiesa masuk dari bangku cadangan dan melepaskan tendangan voli spektakuler di menit ke-88, mengembalikan momentum sepenuhnya ke Liverpool. Itu adalah gol Premier League pertamanya untuk klub, hadir dalam momen paling dramatis ketika ‘The Reds’ sangat membutuhkan inspirasi.

Hugo Ekitike juga tampil impresif dalam debutnya dengan satu gol dan satu assist, memberi sinyal potensi besar dalam sistem Arne Slot. Namun pada akhirnya, emosi Salah dan ketepatan Chiesa yang mendefinisikan malam itu — membuat keduanya layak dinobatkan sebagai Pemain Terbaik pertandingan.

Momen Kunci yang Mendefinisikan Malam Itu

  • Tribut: mosaik, ban lengan hitam, hening cipta, dan penghormatan bersama

  • Pemain Terbaik: Mohamed Salah & Federico Chiesa

  • Timeline Gol: Ekitike → Gakpo → Semenyo (2) → Chiesa → Salah

  • Kontroversi: laga sempat dihentikan karena dugaan pelecehan rasial terhadap Semenyo

  • Akhir Dramatis: gol telat Chiesa dan penyelesaian emosional Salah

Reaksi Slot: Inspirasi sekaligus peringatan

Manajer Liverpool, Arne Slot, merayakan setelah Federico Chiesa mencetak gol ketiga timnya.

Manajer Liverpool, Arne Slot, menyebut malam itu sebagai “luar biasa,” sambil memuji atmosfer dan dukungan suporter yang dinilainya krusial mengangkat tim melewati momen sulit. Namun, ia juga menegaskan bahwa kelengahan di lini pertahanan hampir berakibat fatal, sehingga perbaikan akan sangat penting bila Liverpool ingin kembali bersaing dalam perebutan gelar (Reuters).

Anfield berdiri memberi penghormatan saat suporter dan pemain Liverpool mengenang Diogo Jota jelang laga melawan Bournemouth.

Kemenangan ini lebih dari sekadar tiga poin — laga tersebut menandai awal dari perjalanan yang akan Liverpool dedikasikan untuk mengenang Diogo Jota. Skor 4–2 tidak hanya menunjukkan kemampuan mereka untuk bangkit di tengah emosi, tetapi juga tekad untuk mengubah tragedi menjadi motivasi jangka panjang.

Dengan tantangan berat di depan mata, performa di Anfield memberikan gambaran bagaimana persatuan, kedalaman skuad, dan keteguhan bisa membentuk pertahanan gelar Liverpool. Bagi para pemain, staf, dan suporter, setiap laga musim ini akan membawa makna tambahan: berjuang bukan hanya demi trofi, tetapi juga demi warisan.