14.06.2025
Reading time: 2 min

Format Grup Baru yang Lebih Kompetitif di Piala Dunia Antarklub FIFA 2025

Lorina Sofi
Lorina Sofi
Format Grup Baru yang Lebih Kompetitif di Piala Dunia Antarklub FIFA 2025

Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 di Amerika Serikat menjadi tonggak baru dalam sejarah sepak bola dunia. Dengan format baru yang melibatkan 32 klub dari enam konfederasi, turnamen ini menjanjikan persaingan lebih ketat dan eksposur global yang lebih luas. Namun, di balik gebyar inovasi, sejumlah tantangan besar menghadang, terutama terkait minat penonton lokal.

Turnamen edisi 2025 menggunakan format grup yang mirip dengan Piala Dunia antarnegara. Sebanyak 32 klub dibagi ke dalam delapan grup (A–H), masing-masing berisi empat tim. Dua tim teratas dari setiap grup akan lolos ke babak 16 besar, lalu berlanjut ke sistem gugur hingga final. Setiap klub dijamin minimal tiga pertandingan di fase grup, memberikan peluang lebih besar bagi klub-klub non-Eropa untuk tampil di panggung dunia.

Laga pembuka antara Inter Miami (diperkuat Lionel Messi) melawan Al Ahly di Hard Rock Stadium, Miami, justru berlangsung sepi. Dari kapasitas stadion sekitar 65 ribu, hanya sekitar 20 ribu tiket yang terjual. FIFA sudah melakukan berbagai promosi, mulai dari menurunkan harga tiket hingga menawarkan paket khusus untuk pelajar dan mahasiswa, namun animo penonton belum juga meningkat signifikan.

Amerika Serikat menghadapi tantangan berat sebagai tuan rumah. Budaya olahraga lokal yang lebih mengutamakan American football dan basket membuat sepak bola klub dunia belum sepenuhnya diterima. Selain itu, absennya sejumlah klub elite Eropa juga mengurangi daya tarik turnamen. Turnamen ini juga menjadi ajang uji coba infrastruktur dan minat pasar menjelang Piala Dunia 2026. Berbagai inovasi seperti “ref cam” dan aturan baru diuji di sini, namun belum cukup untuk menarik massa secara instan.

Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 membawa format baru yang lebih inklusif dan kompetitif. Namun, rendahnya minat penonton di laga pembuka menjadi sinyal penting bagi FIFA dan panitia lokal untuk beradaptasi dengan kultur olahraga Amerika. Keberhasilan turnamen ini akan menjadi tolok ukur kesiapan Amerika Serikat sebagai tuan rumah event sepak bola global di masa depan.