28.07.2025
Waktu membaca: 3 min

Fernandez Kejutkan Kalinskaya untuk Raih Gelar Terbesar di DC Open, Gagal Selangkah Lagi Jumpa Raducanu

Fernandez Kejutkan Kalinskaya untuk Raih Gelar Terbesar di DC Open, Gagal Selangkah Lagi Jumpa Raducanu

Leylah Fernandez meraih gelar terbesar dalam kariernya pada ajang DC Open 2025, Minggu (27/7), setelah mengalahkan Anna Kalinskaya dengan skor telak 6–1, 6–2. Petenis Kanada berusia 22 tahun itu hanya membutuhkan 70 menit untuk merebut gelar tunggal keempatnya di WTA, sekaligus yang pertama di level WTA 500—sebuah pencapaian besar di tengah musim yang sempat berjalan penuh tantangan.

Kemenangan dominan ini menghentikan laju impresif Kalinskaya di Washington, yang sebelumnya mencuri perhatian lewat kemenangan dua set langsung atas Emma Raducanu di semifinal. Hasil tersebut menggagalkan peluang rematch final US Open 2021 antara Fernandez dan Raducanu. Namun, Fernandez tak butuh laga nostalgia untuk bersinar—ia menciptakan ceritanya sendiri.

Fernandez bangkit dari awal musim yang sulit

Fernandez datang ke Washington tanpa banyak ekspektasi. Ia mengawali turnamen dengan rekor kekalahan lebih banyak daripada kemenangan di musim 2025, dan belum pernah menembus lebih dari dua laga dalam satu turnamen sejak November tahun lalu. Namun di DC, ia tampil luar biasa—memadukan pukulan agresif dari baseline dengan variasi taktik dan pertahanan lapangan yang solid.

Perjalanannya menuju gelar tidak mudah. Ia menumbangkan unggulan pertama Jessica Pegula, finalis US Open 2023, dan unggulan ketiga Elena Rybakina, juara Wimbledon 2022. Kemenangan atas Rybakina di semifinal berlangsung lebih dari tiga jam dan ditentukan lewat tiga tiebreak—ujian fisik dan mental yang berhasil ia lewati dengan brilian.

Kemenangan itu sudah cukup untuk mengukuhkan reputasinya sebagai petenis besar di panggung besar. Namun dengan menutup turnamen lewat final yang dominan, Fernandez membuktikan bahwa kebangkitannya bukan sekadar kebetulan.

Kalinskaya kembali gagal di partai puncak

Petenis Rusia Anna Kalinskaya, peringkat 48 dunia, sebelumnya belum kehilangan satu set pun sepanjang turnamen. Namun di final, ia terlihat gugup dan tidak mampu mengimbangi tempo permainan Fernandez. Fernandez mendominasi reli, mematahkan servis lawan empat kali, dan memenangi 10 dari 12 poin saat Kalinskaya melakukan second serve.

Kalinskaya mengakhiri pertandingan dengan 24 unforced errors dan hanya 9 winner. Ini menjadi kekalahan ketiganya di final WTA, setelah sebelumnya kalah di Dubai dan Berlin pada 2024. Meski demikian, ia tetap tampil sportif dalam kekalahan.

“Pertarungan luar biasa minggu ini,” ucap Kalinskaya kepada Fernandez saat seremoni.

“Kamu memang pantas mendapatkannya.”

Kemenangan yang penuh makna emosional

Usai kemenangan, Fernandez menyampaikan pidato emosional dengan mendedikasikan gelarnya kepada sang ibu, kakak perempuannya, dan pelatih kebugarannya. Momen itu menjadi sorotan emosional yang mencerminkan dukungan kuat di balik kembalinya performa sang juara.

“Terima kasih karena tidak pernah menyerah pada saya—dan jangan pernah menyerah pada diri kalian sendiri,” kata Fernandez sambil menahan air mata.

“Trofi ini untuk kalian.”

Gelar ini bukan sekadar soal trofi atau peringkat. Bagi Fernandez, yang sempat diragukan pasca-final US Open 2021 karena cedera dan inkonsistensi, kemenangan ini adalah simbol ketangguhan, pertumbuhan, dan evolusi.

Menuju US Open dengan penuh percaya diri

Gelar DC Open ini bisa menjadi titik balik bagi Fernandez saat memasuki musim lapangan keras di Amerika Utara. Dengan kepercayaan diri dan kondisi fisik yang kembali optimal, ia akan menjadi ancaman serius di ajang WTA 1000 mendatang di Toronto dan Cincinnati—serta kandidat kuat di US Open.

Meskipun penggemar gagal menyaksikan duel ulang antara Fernandez dan Raducanu, performa sang petenis Kanada menunjukkan bahwa pertandingan besar lainnya mungkin hanya tinggal menunggu waktu. Jika konsistensinya terjaga, final Grand Slam kedua—atau bahkan gelar juara—bisa jadi target realistis.

Sementara itu, Kalinskaya masih menunjukkan potensi besar. Meski kembali gagal meraih gelar, penampilannya di Washington membuktikan bahwa ia layak diperhitungkan di level atas dan tinggal menunggu momen terobosan sejatinya.

-->