08.07.2025
Waktu membaca: 2 min

Dimitrov Mundur Karena Cedera dalam Laga Emosional Kontra Sinner di Wimbledon

Dimitrov Mundur Karena Cedera dalam Laga Emosional Kontra Sinner di Wimbledon

Cedera otot dada paksa Dimitrov keluar, jadi pensiun kelima beruntun di Grand Slam…

JAKARTA, 8 Juli 2025 — Petenis asal Bulgaria, Grigor Dimitrov, terpaksa mundur di tengah pertandingan babak keempat Wimbledon 2025 saat menghadapi unggulan teratas dunia, Jannik Sinner, akibat cedera pada otot dada kanan. Keputusan mundur ini menjadi momen emosional, sekaligus memperpanjang catatan buruk Dimitrov dengan lima kali berturut-turut mundur dari turnamen Grand Slam karena cedera.

Petenis berusia 33 tahun itu saat itu tertinggal 5-7, 2-5, sebelum mendekati kursi wasit dan menyatakan tidak mampu melanjutkan laga. Ia kemudian berjabat tangan dengan Sinner, melambaikan tangan singkat kepada penonton, dan meninggalkan lapangan dengan ekspresi menahan sakit.

Cedera kelima secara beruntun di ajang Grand Slam

Keputusan mundur ini menjadi pukulan berat bagi Dimitrov, yang sejatinya tampil impresif di awal musim rumput. Cedera ini juga menambah daftar panjang gangguan fisik yang menghantui mantan petenis peringkat tiga dunia itu dalam beberapa tahun terakhir.

“Sangat sulit melihatnya seperti itu,” ujar Sinner usai pertandingan.

“Grigor adalah pemain hebat dan pribadi yang luar biasa. Saya tahu betapa kerasnya dia berjuang. Tidak ada yang ingin menang dengan cara seperti ini.”

Sinner lolos ke perempat final, tapi suasana tetap sunyi

Meskipun Jannik Sinner memastikan tempat di perempat final, ekspresinya di akhir pertandingan lebih menunjukkan rasa empati daripada selebrasi. Dalam konferensi pers usai laga, ia menekankan rasa hormatnya terhadap Dimitrov dan menyebut momen itu sebagai salah satu sisi pahit dari dunia olahraga.

“Kadang olahraga bisa kejam,” kata Sinner.

“Dia bermain sangat baik hari ini. Saya hanya berharap dia cepat pulih.”

Selanjutnya, Sinner akan menghadapi pemenang antara Hubert Hurkacz dan Alex de Minaur dalam babak delapan besar.

Karier yang didefinisikan oleh keanggunan—dan ketangguhan

Dimitrov, yang pernah dijuluki sebagai “Federer berikutnya” karena permainan menyeluruh dan gerakannya yang elegan, telah melewati karier penuh pasang surut. Berbagai cedera yang terus membayangi dalam beberapa tahun terakhir menjadi tantangan tersendiri, terlebih di tengah kebangkitannya dalam dua musim terakhir.

Saat para penonton berdiri memberikan tepuk tangan saat ia meninggalkan lapangan, terasa bahwa ini bukan sekadar akhir dari sebuah turnamen—melainkan mungkin menjadi titik balik dalam karier yang penuh cerita, meski kerap terputus.