04.06.2025
Reading time: 9 min

Diego Maradona — Pemain Sepak Bola Terbaik Abad ke-20

Dian Pane
Dian Pane
Diego Maradona — Pemain Sepak Bola Terbaik Abad ke-20

Diego Armando Maradona adalah pemain sepak bola asal Argentina yang bermain sebagai penyerang dan gelandang serang. Ia merupakan juara dunia tingkat junior pada tahun 1979, pemain terbaik Piala Dunia 1986, dan pemain terbaik Amerika Selatan pada tahun 1979 dan 1980. Maradona dua kali masuk tim terbaik Piala Dunia, juara liga Argentina bersama Boca Juniors, dan dua kali juara liga Italia bersama Napoli.

Menurut hasil voting FIFA, ia dinobatkan sebagai pemain terbaik abad ke-20. Dalam berbagai publikasi olahraga dunia, Maradona selalu masuk dalam lima besar pemain terbaik abad lalu. Ia juga menjadi penerima pertama “Ballon d’Or” dan anggota tim simbolik pemain terbaik Amerika Selatan. Maradona adalah atlet yang sangat berbakat dan luar biasa.

Kariernya sempat terhambat karena ketergantungan narkoba, namun hal itu tidak mengurangi kilau prestasinya. Dalam biografi singkat ini, kami akan mengulas momen-momen penting dalam hidup legenda sepak bola ini.

Masa Kecil

Diego Armando Maradona lahir pada 30 Oktober 1960 di kota Lanús, provinsi Buenos Aires. Ayahnya, Diego, bekerja di pabrik penggilingan, sementara ibunya, Dalma Salvadora, adalah ibu rumah tangga. Diego dinamai sesuai nama ayahnya. Ia adalah anak kelima dalam keluarga, satu-satunya laki-laki dengan empat saudara perempuan.

Semua anak laki-laki Argentina sejak kecil suka bermain sepak bola, dan Diego juga demikian. Bola kulit pertamanya diberikan oleh sepupu saat ulang tahunnya yang ketujuh. Ia tidur bersama bola itu sepanjang malam dan lama takut membawanya keluar rumah, sehingga bermain di dalam rumah saat musim dingin. Pada musim semi, ayahnya mengajarinya menendang bola ke dinding.

Saat Diego mulai mahir menendang bola, ia mulai bermain dengan anak-anak yang lebih tua. Awalnya ia kesulitan, namun perlahan ia mulai menguasai permainan. Awalnya ia suka bermain di posisi bertahan, lalu beralih ke posisi penyerang. Diego menjadi pemain jalanan yang paling teknis dan semua orang ingin memintanya bergabung ke tim mereka.

Ketika masuk sekolah Remedios de Escalada San Martín, ia langsung masuk tim sepak bola sekolah. Dalam bukunya, ia menulis bahwa orang tuanya tidak selalu mengizinkannya bermain karena ingin Diego fokus belajar.

Keluarganya tinggal di salah satu kawasan termiskin di kota. Anak-anak di sana membantu orang tua mereka dengan membuat kerajinan dari tanah liat yang dijual. Maradona pernah berkata: “Jika orang tua saya meminta bulan, saya akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Tapi itu hanya sepele dibanding apa yang mereka lakukan untuk saya.”

Awal Karier Sepak Bola

Pada pertengahan 1969, seorang teman Maradona yang juga menyukai sepak bola mengenalkannya kepada pencari bakat dan pelatih tim usia di bawah 14 tahun, Argentinos Juniors, Francisco Cornejo. Diego membuat kesan mendalam pada Cornejo, yang tak percaya usia Diego masih di bawah 10 tahun dan menganggapnya kecil. Awalnya anak-anak ini hanya memberikan bola kepada pemain dewasa, namun Cornejo membentuk tim muda bernama “Los Cebollitas” (Bawang Kecil).

Tim ini adalah tim muda Argentinos Juniors dengan seragam sendiri dan akses ke lapangan latihan. Diego menjadi pemimpin tim. Fisiknya yang bagus dan penglihatan permainan yang tajam membuatnya kuat di lapangan dan hampir tak terjatuh saat ditekel. Ia menguasai hampir semua teknik mengolah bola.

Tim “Los Cebollitas” berkembang pesat, sering menang dan bahkan mengikuti turnamen di Uruguay dan Peru. Maradona juga tampil sebagai pemain cadangan di Argentinos Juniors, memamerkan kemahiran mengolah bola. Karena keahliannya, ia bahkan diundang tampil di sebuah acara televisi.

Sejak usia 12 tahun, Diego sudah bermain untuk tim muda Argentinos Juniors, meskipun usia aslinya disembunyikan. Pada 1973 klub memenangkan Piala Evita berkat gol Maradona yang melewati tujuh pemain River Plate, klub yang sempat ingin membeli Diego namun ditolak ayahnya.

Pada tahun berikutnya, Argentinos Juniors turun ke liga kedelapan. Pada 1975 Diego dipromosikan ke liga ketujuh, kemudian dalam dua pertandingan pindah ke tim liga kelima, dan akhirnya bermain untuk tim utama.

Diego juga memiliki dua adik laki-laki, Raúl dan Hugo, serta seorang adik perempuan Claudia. Kesuksesan Diego di sepak bola tidak mengubah kondisi finansial keluarganya, namun ayahnya selalu mendukung dan berharap Diego dapat mengangkat keluarganya dari kemiskinan. Meski pulang kerja dua kali sehari, ayahnya selalu mengantar Diego ke klub pada siang hari.

“Barcelona”

Pada musim panas 1982, klub Catalan, Barcelona, membeli Maradona dengan nilai transfer rekor saat itu, yaitu 7,5 juta dolar. Karena cedera, ia melewatkan banyak pertandingan musim itu, namun ikut serta di beberapa turnamen penting seperti Copa del Rey, Supercopa de España, dan Copa de la Liga yang dimenangkan klub.

Maradona bermain 58 kali untuk Barcelona dan mencetak 38 gol. Ia mengalami banyak kesulitan mulai dari hepatitis hingga cedera, serta sering berselisih dengan manajemen klub. Namun penggemar tetap menganggapnya sebagai pemain terbaik klub. Ia bahkan sempat ingin membeli kontraknya sendiri agar bisa pergi.

“Napoli”

Pada 1984, klub Italia Napoli membayar 10 juta dolar untuk Maradona, yang menjadi sensasi di pasar transfer. Pada saat perkenalan, ada 7.000 penonton di stadion. Karier internasionalnya mencapai puncak saat bermain untuk Napoli.

Di Napoli, Maradona menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub, memenangkan dua gelar Serie A dan Piala UEFA. Klub juga sempat meraih posisi ketiga dan kedua di Coppa Italia dan Supercoppa Italiana. Namun kariernya terganggu setelah terbukti positif doping dan diskors 15 bulan.

“Sevilla dan Newell’s Old Boys”

Setelah skorsing, Maradona tidak kembali ke Napoli tetapi menandatangani kontrak dengan Sevilla. Ia tidak bertahan lama karena konflik dengan pelatih utama.

Setelah Sevilla, ia pindah ke Newell’s Old Boys, namun kembali mengalami masalah dengan pelatih dan keluar dari tim.

Kemudian, terjadi insiden penembakan dengan senapan angin terhadap paparazzi yang menunggu di luar rumahnya. Akibatnya, ia mendapat hukuman percobaan dua tahun dan harus membayar ganti rugi.

“Boca Juniors”

Setelah jeda, Maradona kembali bermain untuk Boca Juniors, tampil sekitar 30 pertandingan dan mendapatkan kembali cinta penggemar. Namun, ia kembali positif doping dan diskors lagi.

Setelah diskorsing kedua kalinya, ia kembali bermain dalam waktu singkat sebelum akhirnya pensiun pada 1997 di usia 37 tahun.

Karier Pelatih

Maradona mulai melatih sebelum pensiun resmi. Pada 1994 ia menjadi pelatih Deportivo Mandiyu, namun pengalamannya berakhir dengan perkelahian dengan salah satu pemilik klub. Ia juga sempat melatih klub Racing, tanpa hasil signifikan.

Meski begitu, ia dipercaya menjadi pelatih tim nasional Argentina pada 2008. Meski gagal membawa tim juara Piala Dunia 2010, ia dianggap pelatih yang layak. Setelah Piala Dunia, kontraknya tidak diperpanjang.

Setelah itu, Maradona melatih klub-klub seperti Al Wasl (UEA), Al Fujairah, Dorados de Sinaloa (Meksiko), Dynamo Brest (Belarus), dan Gimnasia y Esgrima (Argentina). Pada November 2019 ia mengundurkan diri namun kemudian membatalkan keputusan tersebut, sebelum pandemi COVID-19 mengubah rencananya.

Berapa Gol yang Dicetak Diego Maradona?

Maradona adalah gelandang serang yang juga bisa menjadi playmaker dan penyerang. Ia memiliki kemampuan luar biasa dalam mengontrol bola. Meskipun jumlah golnya tidak sebesar pemain modern lain, nilai utamanya adalah kontrol bola yang tak tertandingi.

Tahun Klub Pertandingan Gol
1976-1981 Argentinos Juniors 166 116
1981-1982 Boca Juniors 40 28
1982-1984 Barcelona 36 22
1984-1991 Napoli 188 81
1992-1993 Sevilla 26 4
1993-1994 Newell’s Old Boys 5 0
1995-1997 Boca Juniors 30 7
Total 492 258

Untuk tim nasional Argentina, Maradona bermain 91 kali dengan 34 gol, 7 di antaranya dicetak di Piala Dunia. Total kariernya mencetak 292 gol di level klub dan nasional.

“Tangan Tuhan” dan “Gol Abad Ini” — Dua Gol Terkenal Maradona

Maradona bermain untuk Argentina di Piala Dunia 1982, 1986, 1990, dan 1994. Dari 34 golnya untuk tim nasional, dua gol paling terkenal terjadi di Piala Dunia 1986 melawan Inggris.

Dalam perempat final, Maradona mencetak gol menggunakan tangan, yang disahkan wasit. Ia menyebutnya “Tangan Tuhan”, julukan yang melekat padanya sejak itu.

Gol lainnya, “Gol Abad Ini”, adalah saat ia menggiring bola melewati beberapa pemain Inggris dan penjaga gawang sebelum mencetak gol.

Teknik Maradona

Gaya bermain Maradona unik, menggunakan teknik seperti melempar dan menggulung bola. Ia lihai melewati lawan, mengoper dengan akurat, dan memiliki tendangan kaki kiri yang tajam serta kemampuan mencetak gol dengan kepala dari berbagai posisi. Ia juga mahir melakukan berbagai trik yang ia pelajari sejak kecil.

Kekuatan utamanya adalah perjuangan tanpa henti. Ia tidak pernah menyerah mengejar bola dan selalu berusaha merebutnya kembali. Penglihatan lapangan yang luar biasa membuatnya mudah bermanuver dan menjaga keseimbangan, menjadikannya pemain yang tak tergantikan.

Banyak ahli sepakat bahwa klub-klub yang dibelanya meningkat pesat berkat kehadiran Maradona.

Narkoba, Masalah Kesehatan, dan Kematian

Kisah hidup Diego Maradona diwarnai oleh ketergantungan terhadap narkoba. Menurut sejumlah pakar, jika bukan karena hal tersebut, performa sang legenda di tahun-tahun terakhir kariernya bisa jadi jauh lebih gemilang dan produktif.

Ia mulai kecanduan narkoba sejak masih bermain untuk Barcelona. Penggunaan zat terlarang itu ia jelaskan sebagai bentuk pelarian karena merasa tidak nyaman jauh dari kampung halamannya, dan mencoba untuk menenangkan diri. Namun, terlepas dari kebenaran alasannya, penggunaan narkoba tersebut berkembang menjadi kecanduan serius yang berulang kali ia coba atasi di klinik-klinik di Kuba dan Argentina.

Krisis hipertensi yang dialami Maradona pada tahun 2000, menurut orang-orang terdekatnya, tidak berhubungan langsung dengan ketergantungannya pada narkoba. Meski demikian, setelah menjalani perawatan, ia tetap melanjutkan proses rehabilitasi di fasilitas medis tertutup.

Pada tahun 2004, Maradona mengalami serangan jantung sebagai akibat dari ketergantungan narkoba yang belum teratasi dan kelebihan berat badan. Saat keluar dari rumah sakit, tubuhnya sangat berubah—tingginya 165 cm, tetapi berat badannya mencapai 120 kg. Di tahun yang sama, sang legenda mengumumkan bahwa ia telah lepas dari narkoba demi anak-anak perempuannya. Namun, pada 2007, ia kembali dirawat di klinik akibat keracunan alkohol, dan kondisi hatinya sudah dalam tahap pra-sirosis yang kritis.

Pada tahun 2020, Maradona kembali menjalani pengobatan untuk ketergantungan alkohol setelah mengalami pendarahan di otak. Ia terakhir kali muncul di hadapan publik pada 30 Oktober 2020, dan pada 25 November di usia 60 tahun, Diego meninggal dunia.

Terkait kematiannya dan dugaan kelalaian medis dalam penanganan darurat, termasuk keterlambatan dalam tindakan resusitasi, tujuh tenaga medis, termasuk dokter pribadinya, didakwa. Mereka terancam hukuman penjara antara 7 hingga 25 tahun.

Maradona sempat menyatakan keinginannya agar tubuhnya dibalsam, namun keluarga menolak permintaan tersebut. Ia dimakamkan tanpa jantungnya, karena dikhawatirkan para penggemar fanatik akan mencoba membongkar makam untuk mencuri organ tersebut.

Kehidupan Pribadi dan Sengketa Warisan

Diego Maradona secara resmi hanya menikah sekali. Wanita pilihannya adalah Claudia Villafañe, yang tinggal bersebelahan dengan keluarga pemain muda tersebut. Ia mengajaknya berdansa saat usianya baru 17 tahun.

Mereka menikah jauh kemudian, setelah anak kedua mereka lahir pada tahun 1989. Pernikahan itu bertahan selama 10 tahun, lalu Maradona meninggalkan rumah. Lima tahun setelahnya, mereka resmi bercerai, namun tetap menjalin hubungan baik sebagai teman.

Maradona memiliki banyak kisah asmara. Pada tahun-tahun terakhir, dari 2010 hingga 2020, ia beberapa kali menjalin dan mengakhiri hubungan dengan Rocío Oliva, yang usianya lebih muda dari kedua putrinya.

Menurut data tidak resmi, Maradona memiliki 11 anak dari beberapa wanita berbeda, namun secara resmi ia hanya mengakui lima anak. Sengketa warisan masih terus berlangsung, dengan banyak pihak berusaha mendapatkan bagian warisan melalui tes DNA.