01.06.2025
Reading time: 2 min

Analisis Kekalahan Inter Milan: Mengapa Lini Belakang Nerazzurri Hancur Lebur di Final?

Lorina Sofi
Lorina Sofi
Prediksi PSG vs Inter di Liga Champions (01.06.2025)

Dalam laga yang seharusnya menjadi panggung pembuktian, lini pertahanan Inter Milan justru menjadi titik kehancuran. Kekalahan 0-5 dari PSG di final Liga Champions 2024/2025 bukan sekadar skor telak—ini adalah malam di mana pertahanan Inter yang biasanya solid, dipreteli habis oleh kecepatan, taktik, dan mentalitas tinggi lawan. Apa yang sebenarnya terjadi?

Gol Cepat yang Menghancurkan Mental

PSG membuka skor di menit ke-12 dan menggandakannya delapan menit kemudian. Dua gol dalam 20 menit bukan hanya keunggulan angka, tapi juga hantaman psikologis. Inter terlihat goyah. Fokus hilang. Struktur pertahanan mereka mulai longgar, dan tekanan mental membuat para pemain kehilangan arah.

Sisi Kiri: Titik Lemah yang Dieksploitasi

PSG dengan cerdas membidik sisi kiri pertahanan Inter. Federico Dimarco dan Henrikh Mkhitaryan kesulitan merespons serangan bertubi-tubi. Gol kedua dan keempat PSG lahir dari celah di area ini. Pergerakan Desire Doue dan Kvaratskhelia tak mampu dibendung. Inter kalah cepat, kalah taktis, dan kalah konsentrasi.

Serangan Balik Mematikan dan Pressing Tinggi

Salah satu kekuatan utama PSG malam itu adalah transisi. Setiap kehilangan bola oleh Inter langsung dibalas dengan pressing tinggi dan serangan balik tajam. Pemain seperti Ousmane Dembele dan Doue menjadi mimpi buruk yang konstan. Inter tak pernah benar-benar punya waktu untuk mengatur ulang pertahanan mereka.

Kehilangan Struktur dan Koordinasi

Biasanya dikenal sebagai tim dengan organisasi pertahanan yang disiplin, Inter justru kehilangan bentuk di laga ini. Setelah tertinggal, mereka bermain lebih terbuka—ironisnya, hal ini justru membuka ruang yang dimanfaatkan PSG untuk mencetak gol demi gol. Lini belakang tampak bingung, koordinasi antar lini buyar, dan kedalaman formasi hilang.

Gagal Mengimbangi Intensitas Lawan

PSG bermain dengan tempo tinggi dan semangat kolektif yang menyatu. Inter terlihat pasif dan lambat dalam merespons. Tekanan terus-menerus membuat pemain belakang Inter terlalu sering berada dalam situasi satu lawan satu, yang kemudian mereka kalah secara teknik maupun fisik.

Pemain PSG Tampil Tanpa Ampun

Tidak hanya sistem yang efektif, performa individu pemain PSG juga luar biasa. Desire Doue tampil seperti veteran dengan dua gol dan satu assist, sementara pemain-pemain lain seperti Vitinha, Dembele, dan Kvaratskhelia menciptakan kekacauan di area bertahan Inter setiap kali memegang bola.

Kesimpulan

Kerapuhan pertahanan Inter Milan di laga final bukan disebabkan satu faktor tunggal, melainkan kombinasi dari tekanan awal, kehilangan bentuk, ekspos sisi lemah, dan kualitas luar biasa dari lawan. Ini bukan sekadar kekalahan—ini adalah pelajaran pahit tentang apa yang terjadi ketika tim kehilangan ketenangan dan ketajaman taktis di panggung terbesar sepak bola Eropa.