02.09.2025
Waktu membaca: 5 min

Jesita Putri Miantoro Resmi Gantung Raket di Usia 23

Dian Pane
Dian Pane
Jesita Putri Miantoro Resmi Gantung Raket di Usia 23

Karier seorang atlet sering kali penuh dengan lika-liku, terutama ketika cedera datang menghantui. Hal inilah yang dialami oleh Jesita Putri Miantoro, pebulu tangkis muda Indonesia yang harus mengambil keputusan berat untuk pensiun dini dari dunia yang selama ini telah membesarkan namanya. Di usianya yang masih 23 tahun, Jesita resmi memutuskan gantung raket setelah bergulat lama dengan cedera lutut yang tak kunjung pulih sepenuhnya.

Pengumuman pensiun Jesita ini disampaikan langsung oleh Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada Senin, 1 September 2025. Kabar tersebut sontak mengejutkan publik pecinta bulu tangkis, mengingat Jesita selama ini dikenal sebagai salah satu pemain muda potensial yang mampu bersaing di level internasional.

Perjalanan Karier Jesita di Dunia Bulu Tangkis

Jesita Putri Miantoro bergabung dengan Pelatnas PBSI Cipayung sebagai salah satu atlet ganda putri berbakat. Sejak awal kariernya, ia sudah menunjukkan potensi besar dengan permainan agresif dan kerja sama solid bersama pasangannya di lapangan.

Meskipun namanya belum sebesar ganda putri Indonesia lain seperti Apriyani Rahayu atau Greysia Polii, Jesita tetap berhasil menarik perhatian publik melalui sejumlah penampilan impresif di turnamen internasional level menengah. Kecepatan, kelincahan, dan semangat juang tinggi menjadi ciri khasnya dalam setiap pertandingan.

Namun, perjalanan kariernya tidak berjalan mulus. Cedera yang kerap datang menjadi salah satu hambatan terbesar dalam mengembangkan potensi Jesita. Masalah serius yang akhirnya menjadi penentu keputusan pensiunnya adalah cedera anterior cruciate ligament (ACL) pada lutut, salah satu cedera paling ditakuti oleh atlet profesional.

Cedera ACL yang Menghantui

Jesita Putri Miantoro melakukan fisioterapi setelah mengalami cedera ACL

Cedera ACL adalah salah satu cedera berat yang dialami oleh banyak atlet olahraga, termasuk bulu tangkis. Cedera ini membuat pergerakan menjadi sangat terbatas dan membutuhkan proses pemulihan yang panjang. Jesita sendiri sudah pernah mengalami cedera ACL sebelumnya dan sempat menjalani pemulihan intensif.

Sayangnya, cedera tersebut kambuh lagi di tempat yang sama. Hal ini membuatnya harus menjalani pemulihan kedua kalinya. Meski sudah berusaha keras untuk bangkit, tubuhnya tidak bisa merespons dengan baik sebagaimana harapan. Kondisi fisik dan mental yang semakin tertekan membuat Jesita akhirnya mengambil keputusan untuk mengakhiri kariernya lebih cepat.

Menurut laporan, turnamen terakhir yang diikuti Jesita dalam kalender kompetitif adalah Kumamoto Masters 2024 pada November 2024. Setelah itu, ia tidak lagi tampil di arena internasional karena harus fokus pada pemulihan cederanya (VOI, 1 September 2025).

Pernyataan PBSI dan Dukungan Publik

PBSI melalui keterangan resminya menyampaikan bahwa keputusan pensiun Jesita merupakan hal yang berat, baik untuk sang pemain maupun federasi. Meski begitu, PBSI menghormati keputusan tersebut karena kondisi kesehatan atlet selalu menjadi prioritas utama.

Publik pun menunjukkan reaksi simpati yang besar. Melalui media sosial, banyak penggemar bulu tangkis yang memberikan semangat dan apresiasi kepada Jesita. Mereka memahami bahwa keputusan ini bukanlah hal mudah, apalagi mengingat usia Jesita yang masih sangat muda untuk ukuran seorang atlet.

Pesan Emosional di Media Sosial

Beberapa pekan sebelum pengumuman resmi, Jesita sempat membagikan sebuah unggahan reflektif di akun Instagram pribadinya pada 16 Agustus 2025. Dalam unggahan tersebut, ia menuliskan pesan penuh perasaan tentang perjuangannya menghadapi cedera berulang, rasa sakit yang tak hanya fisik tetapi juga mental, serta keraguan yang kerap menghantui.

Unggahan itu kini dianggap sebagai sinyal awal bahwa Jesita sedang mempertimbangkan untuk berhenti. Banyak rekan sesama atlet dan penggemar yang memberikan komentar penyemangat saat itu. Namun, ternyata unggahan tersebut juga menjadi semacam salam perpisahan dari dunia yang selama ini ia tekuni (Antara, 1 September 2025).

Karier yang Terhenti di Usia 23 Tahun

Jesita Putri Miantoro dan Febi Setianingrum merayakan gelar juara Kaohsiung Masters 2024

Keputusan Jesita Putri Miantoro untuk pensiun di usia 23 tahun tentu menyisakan banyak pertanyaan mengenai apa yang akan ia lakukan setelah ini. Beberapa atlet yang mengalami situasi serupa biasanya beralih menjadi pelatih, pemandu bakat, atau menempuh jalur baru di luar dunia olahraga.

Meski belum ada keterangan resmi mengenai rencana Jesita ke depan, banyak pihak berharap ia tetap bisa berkontribusi untuk bulu tangkis Indonesia dalam bentuk lain. Pengalaman serta mental juangnya bisa menjadi inspirasi bagi generasi penerus.

Refleksi atas Fenomena Pensiun Dini

Kasus Jesita bukanlah yang pertama di dunia bulu tangkis Indonesia. Beberapa atlet lain juga pernah mengambil keputusan pensiun dini karena cedera yang tak kunjung pulih. Hal ini menjadi pengingat betapa pentingnya manajemen kesehatan, pemulihan, dan dukungan psikologis bagi atlet.

Olahraga profesional memang penuh tekanan, baik secara fisik maupun mental. Cedera bisa mengubah jalan hidup seorang atlet secara drastis. Di satu sisi, mereka dituntut untuk selalu tampil prima, sementara di sisi lain tubuh memiliki keterbatasan yang tidak bisa dipaksakan.

Kasus Jesita menegaskan bahwa perhatian pada kesehatan atlet, termasuk aspek mental, harus semakin ditingkatkan. Federasi olahraga, pelatih, dan tim medis memiliki peran besar dalam memastikan bahwa para atlet tidak hanya dipaksa untuk menang, tetapi juga dijaga keselamatannya.

Warisan dan Inspirasi

Meskipun karier Jesita Putri Miantoro berakhir lebih cepat dari yang diharapkan, ia tetap meninggalkan warisan berharga bagi bulu tangkis Indonesia. Semangat juangnya di lapangan dan keberaniannya dalam menghadapi cedera menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Bagi para atlet muda, kisah Jesita bisa menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kesehatan, mendengarkan tubuh, dan memiliki keberanian untuk mengambil keputusan sulit demi kebaikan jangka panjang.

Jesita Putri Miantoro resmi memutuskan gantung raket pada 1 September 2025 setelah berjuang panjang melawan cedera ACL yang kambuh berulang kali. Keputusan ini memang berat, namun menjadi jalan terbaik untuk kesehatan fisik dan mentalnya.

PBSI menghormati langkah tersebut dan publik memberikan banyak dukungan serta apresiasi. Meskipun kariernya terhenti di usia muda, Jesita tetap dikenang sebagai salah satu atlet berbakat Indonesia yang pernah dimiliki.

Ke depan, besar harapan agar ia tetap bisa terlibat dalam dunia bulu tangkis, entah sebagai pelatih, mentor, atau inspirasi bagi generasi berikutnya.