28.07.2025
Waktu membaca: 4 min

Lionesses Inggris Pertahankan Gelar Juara UEFA Women’s Euro 2025 Lewat Kemenangan Adu Penalti

Lionesses Inggris Pertahankan Gelar Juara UEFA Women’s Euro 2025 Lewat Kemenangan Adu Penalti

BASEL, Swiss – Timnas Wanita Inggris, Lionesses, berhasil mempertahankan gelar juara UEFA Women’s Euro setelah menaklukkan Spanyol 3–1 lewat adu penalti, usai bermain imbang 1–1 hingga perpanjangan waktu pada partai final. Pertandingan yang berlangsung di hadapan penonton penuh di Stadion St. Jakob-Park, Basel, ini menyajikan duel sengit antara dua tim terbaik sepak bola wanita dunia — yang akhirnya dimenangkan Inggris lewat eksekusi penalti tenang Chloe Kelly, mengulang momen heroiknya pada 2022.

Kemenangan ini menjadi gelar Euro kedua secara beruntun bagi Inggris dan menegaskan status mereka sebagai kekuatan global baru dalam sepak bola wanita. Bagi pelatih kepala Sarina Wiegman, ini adalah final besar ketiganya bersama Inggris dalam tiga turnamen terakhir — dan menjadi satu lagi pencapaian bersejarah dari tim yang sudah terbiasa tampil di panggung besar.

Spanyol mulai dengan kuat, tapi Inggris tangguh menjawabnya

Spanyol datang ke final sebagai salah satu tim paling teknis sepanjang turnamen, usai memuncaki grup mereka dan menyingkirkan Prancis di semifinal. Mereka langsung menguasai jalannya pertandingan, mendominasi penguasaan bola dan tempo permainan.

Gol pembuka tercipta pada menit ke-25 saat bek kanan Ona Batlle melepaskan umpan silang berbahaya dari sisi kanan. Lini belakang Inggris sempat ragu, memberi celah bagi Mariona Caldentey untuk menyundul bola masuk ke gawang Hannah Hampton tanpa pengawalan.

Inggris tampak tertekan sepanjang babak pertama, lebih banyak bertahan dan kesulitan membangun serangan. Namun, Wiegman melakukan penyesuaian taktik saat jeda, mendorong pressing lebih agresif dan transisi cepat di lini tengah.

Perubahan itu berbuah manis di menit ke-57. Chloe Kelly menyisir sisi kanan dan mengirimkan umpan silang akurat ke kotak penalti. Alessia Russo menyambutnya dengan sundulan tajam yang tak mampu dibendung kiper Spanyol, Cata Coll, menyamakan skor dan membalik momentum pertandingan.

Perpanjangan waktu tak hasilkan pemenang, adu penalti menanti

Dengan skor imbang hingga waktu normal berakhir, kedua tim bermain hati-hati di perpanjangan waktu, sadar satu kesalahan bisa berakibat fatal. Spanyol menciptakan peluang lebih banyak, termasuk tembakan jarak jauh Aitana Bonmatí yang nyaris masuk, sementara Inggris bermain disiplin dan mengandalkan serangan balik.

Tak ada gol tambahan tercipta, dan untuk kedua kalinya dalam sejarah UEFA Women’s Euro, final harus ditentukan lewat adu penalti — pertama kali terjadi pada edisi 1984.

Spanyol sempat unggul lebih dulu setelah Cata Coll menepis penalti pembuka dari Beth Mead. Namun, Hannah Hampton — yang menggantikan Mary Earps yang cedera — tampil luar biasa. Ia menggagalkan eksekusi dari Caldentey dan Bonmatí, menjaga peluang Inggris tetap hidup.

Meski tembakan kapten Leah Williamson berhasil diblok Coll, penendang Spanyol berikutnya, Salma Paralluelo, gagal mencetak gol setelah bola melenceng. Kesempatan emas itu dimanfaatkan Chloe Kelly, yang dengan penuh ketenangan mencetak gol kemenangan dan membawa Inggris kembali menjadi juara Eropa, disambut euforia tim dan suporter.

Hannah Hampton dan Chloe Kelly antar Inggris raih gelar juara

Chloe Kelly kembali membuktikan diri sebagai pemain kunci di momen-momen krusial. Setelah mencetak gol kemenangan di final 2022 di Wembley, ia mengulang kepahlawanannya lewat tendangan penalti di Basel. Ketenangan dan kemampuannya tampil maksimal di saat penting menjadikannya ikon generasi emas ini.

Tak kalah mencuri perhatian adalah kiper muda berusia 23 tahun, Hannah Hampton. Dipercaya tampil sebagai starter menyusul cedera Mary Earps, ia tampil penuh percaya diri di bawah tekanan tinggi. Dua penyelamatan penalti yang ia lakukan menjadi penentu kemenangan dan menunjukkan kualitasnya di level tertinggi.

Talenta muda dan kepemimpinan senior dorong kesuksesan Inggris

Kemenangan Inggris mencerminkan keberhasilan pembangunan tim jangka panjang yang menjadi ciri khas Sarina Wiegman. Skuad ini memadukan pemain muda potensial dengan sosok-sosok berpengalaman yang tampil solid saat dibutuhkan.

Penyerang muda Michelle Agyemang dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik Turnamen berkat performa gemilangnya sepanjang kompetisi. Pemain berusia 18 tahun itu menunjukkan kombinasi kekuatan, kecepatan, dan ketenangan dalam mengambil keputusan, menjadikannya aset masa depan bagi timnas.

Sementara itu, pemain senior seperti Lucy Bronze, Keira Walsh, dan Leah Williamson memberikan stabilitas dan pengalaman di momen-momen penting. Kepemimpinan mereka mengarahkan tim muda ini menembus tiga final besar berturut-turut — Euro 2022, Piala Dunia Wanita 2023, dan kini Euro 2025.

Budaya juara Inggris menorehkan sejarah dan membentuk reputasi baru

Kemenangan di Basel bukan sekadar gelar, melainkan simbol perubahan Inggris dari tim penuh harapan menjadi juara sejati. Dengan dua gelar Euro berturut-turut dan satu final Piala Dunia, Lionesses kini diakui sebagai salah satu tim nasional elite dunia.

Kepemimpinan Sarina Wiegman menjadi kunci sukses ini. Kecerdasan taktik, ketenangan dalam mengambil keputusan, dan kemampuannya mengeluarkan potensi terbaik pemain menciptakan budaya juara yang dibangun atas dasar keyakinan, keseimbangan, dan persiapan matang.

Melihat ke depan, Inggris dalam posisi kuat untuk menghadapi Piala Dunia Wanita FIFA 2027. Dengan talenta-talenta muda seperti Agyemang dan Hampton yang kini mengisi inti skuad, Lionesses punya modal kuat untuk terus bersaing di level tertinggi dunia.

-->