18.07.2025
Waktu membaca: 3 min

Grand Slam Tanggapi Tuntutan Pemain di Tengah Krisis Tata Kelola Tenis

Grand Slam Tanggapi Tuntutan Pemain di Tengah Krisis Tata Kelola Tenis

Perubahan kekuasaan yang signifikan tengah berlangsung di dunia tenis profesional, ketika keempat turnamen Grand SlamWimbledon, Australian Open, Roland Garros, dan US Open—menunjukkan kesiapan mereka untuk bernegosiasi dengan para pemain terkait isu-isu penting seperti perwakilan, hadiah uang, pensiun, dan layanan kesehatan.

Dalam gelaran Wimbledon Championships baru-baru ini, pejabat senior dari keempat turnamen tersebut mengadakan pertemuan dengan perwakilan sejumlah pemain top 10 ATP dan WTA. Hasilnya: terbuka kemungkinan pembentukan dewan pemain Grand Slam serta dukungan terhadap rencana jangka panjang untuk kesehatan dan dana pensiun para pemain.

“Ini adalah kesempatan nyata untuk menyelesaikan isu-isu seperti perwakilan pemain, penjadwalan, dan kompensasi yang adil,” ujar CEO PTPA Ahmad Nassar.

Diskusi semakin menguat di Wimbledon

Di Wimbledon, All England Club dikabarkan membuat terobosan penting: memulai pembicaraan formal untuk membentuk dewan pemain Grand Slam, yang bertujuan memberikan suara lebih kuat bagi para pemain dalam pengambilan keputusan utama—terutama terkait perubahan jadwal yang selama ini menjadi sumber frustrasi bagi para atlet.

Para pejabat juga menyatakan kesediaan untuk berkontribusi pada program pensiun dan layanan kesehatan pemain, sebuah langkah besar pertama bagi turnamen ini. Sentimen serupa juga disampaikan oleh Australian Open, French Open, dan US Open, dengan diskusi lanjutan yang dijadwalkan berlangsung di US Open di New York bulan depan.

Akar sengketa: Jadwal, perwakilan, dan tunjangan maternitas

Meski hadiah uang telah meningkat—Wimbledon menggelontorkan £53,5 juta pada 2024, naik 7% dibanding tahun lalu—para pemain menekankan bahwa sengketa ini bukan semata soal uang, melainkan soal struktur.

Ketegangan mulai muncul pada bulan Mei di Roland Garros, ketika para pemain top seperti Jannik Sinner dan Coco Gauff bertemu dengan pihak Grand Slam untuk menyuarakan tuntutan berikut:

  • Porsi pendapatan turnamen yang lebih besar

  • Kontribusi terhadap program maternitas dan layanan kesehatan

  • Peran formal dalam pengambilan keputusan turnamen, terutama soal penjadwalan

Perubahan sepihak memicu ketidakpuasan

Perubahan terbaru—seperti pertandingan dimulai hari Minggu, sesi malam yang diperluas, dan laga yang berakhir lewat pukul 03.00 dini hari—menuai kritik keras. Para pemain berpendapat bahwa perubahan ini dibuat demi meningkatkan pendapatan siaran, tanpa mempertimbangkan pemulihan dan performa atlet.

Kekhawatiran juga muncul terkait rencana memulai turnamen pada hari Sabtu, yang berarti turnamen akan berlangsung selama tiga akhir pekan—sebuah langkah penjadwalan yang diharapkan pemain dapat didiskusikan lebih dulu sebelum diterapkan.

Tekanan hukum menambah urgensi

Seiring dengan berlangsungnya pembicaraan ini, Asosiasi Pemain Tenis Profesional (PTPA)—yang didirikan oleh Novak Djokovic dan Vasek Pospisil—telah mengajukan gugatan anti-trust terhadap ATP, WTA, dan ITF. Gugatan tersebut menuduh tur tenis telah menekan persaingan, memanipulasi peringkat, dan membatasi hak-hak pemain.

Meski empat Grand Slam belum disebut sebagai tergugat, PTPA telah mengajukan penangguhan litigasi selama 90 hari demi memberi ruang penyelesaian lewat dialog.

“Surat satu halaman yang meminta penundaan itu lebih bermakna daripada dokumen hukum setebal 180 halaman,” ujar Nassar.

“Itu menunjukkan kedua belah pihak serius mencari solusi.”

Langkah selanjutnya: Titik kritis dalam tata kelola dunia tenis

Pembicaraan yang sedang berlangsung ini berpotensi membuka jalan bagi perubahan kepemimpinan paling signifikan dalam dunia tenis dalam beberapa dekade terakhir. Jika berhasil, para pemain akan mendapatkan perwakilan formal dan pengaruh lebih besar atas kondisi kerja mereka—menandai pergeseran besar dalam struktur kekuasaan olahraga ini.

Meski kesepakatan konkret masih dalam proses, suasana telah berubah dari penolakan menjadi negosiasi—dan mata dunia tenis kini tertuju ke New York pada Agustus mendatang, saat putaran pembicaraan berikutnya akan digelar.

-->